Senin, 15 Mei 2017

Tentang Menikah



                Tentang menikah. Selama hampir 20 tahun ini, menikah menjadi hal yang tabu untuk kubicarakan. Selama hampir 20 tahun ini ,menikah adalah sebuah hal yang diperbincangkan, hanya sekedar untuk jadi bahan candaan. Bahwa fulan cocok dengan fulanah, si Ikhwan itu sudah “payu”, si Akhwat sudah ada yang punya, dan lain sebagainya . Dan selama itu pula, hanya sesekali aku serius untuk membicarakan masa depan ku, dalam fase yang dinamakan menikah ini. 

                Menikah, suatu fase dimana 2 insan akan bertemu dalam suatu ikatab suci yang akhirnya akan berbagi segalanya satu sama lain, berbagi apapun, mulai dari waktu, materi, hingga kehidupan. Mulai dari akad sampai akhirnya bertemu di surgaNya. Fase dimana kita boleh melepas malu, melebihi malu kita kepada keluarga kita sendiri, dan yang lebih penting adalah, fase dimana generasi baru akan muncul, dan dalam perspektif kita sebagai da’i, adalah membentuk generasi yang Rabbani.

                Namun tentang diriku sendiri, akhir-akhir ini aku menjadi sedikit khawatir terkait masa depan yang akan aku lewati nanti. Masalah simpel terkait berharap. Dari waktu ke waktu, aku selalu berharap untuk dipertemukan dengan seseorang yang selalu membuat ku bermimpi untuk menikahinya, membuatku bermimpi untuk merancang hidupku bersamanya, tentang segala hal yang akhirnya akan aku lewati bersamanya.

                Namun aku menyadari sesuatu, bahwa seperti yang di sampaikan oleh Mas Gun. Aku seharusnya memperbaiki devinisi dari “Kamu”. Dimana “Kamu” yang sebenarnya diridhai oleh Allah adalah bukan “Kamu” sebagai sebuah spesifik “Kamu” yang kuharapkan. Tapi “Kamu” yang Allah harapkan adalah tentang sebuah visi besar, bahwa dakwah tidak akan kuat jika sebuah keluarga hanya sebatas nafsu pelebur syahwat. Bahwa “Kamu” yang Allah mau adalah “Kamu” sebagai sebuah proses yang indah, tanpa ada kotoran dalam hati, ataupun noda yang meracuni pikiran dalam hari-hari.  “Kamu” yang Allah dan Ummi mau adalah tentang membangun generasi yang kuat dengan diawali 2 orang insan yang kuat pula, kuat dalam segala hal. Dan “Kamu” yang Allah mau adalah tercermin dalam diri kita masing-masing, hingga pada akhirnya Allah akan memberikan diri kita sendiri dalam bentuk orang lain, dan kunci nya adalah satu, memperbaiki diri.

                Dan pada akhirnya, sama yang disampaikan Mas Gun, bahwa orang-orang dengan tujuan yang sama, akan dipertemukan di jalan yang sama. Seperti dalam jalan tarbiyah ini, ketika kita fokus pada visi yang sama, maka ditengah jalan, yakinlah bahwa Allah akan memberikan teman hidup dalam mengarungi kehidupan ini, dan tentunya dengan tujuan yang satu, mengharap ridha Allah.

Malang, 14 Mei 2017