Selasa, 10 Juli 2018

Pasang Surut Peradaban (1)

Abad 15, Di Penjuru Granada, Andalusia

Dindingnya masih merah kekuningan, sama seperti ketika ia dilahirkan dan dibesarkan. Dari posisinya, ia bisa melihat taman istana nya dengan indah, disana ada kolam dengan hiasan tumbuhan asli, ada juga 12 patung singa megah yang dirawat dengan sebaik-baiknya oleh penjaga istana. 

Lalu ia berjalan lagi, dari sisi istana, ia bisa melihat indahnya ruangan-ruangan yang dibangun dengan arsitektur indah dan megah. Terdapat Ruangan Al-Hukmi (Baitul Hukmi), ruangan pengadilan dengan luas 15 m x 15 m yang dibangun oleh leluhurnya Sultan Yusuf I dari Bani Anhar. 

Selain itu ia sempatkan mengunjungi Jennat Al-Arif atau biasa disebut dengan Garden of the Architect, sebuah vila khusus raja yang berada di ujung taman Alhambra. Di tempat ini, ia bisa melihat langsung pemandangan Albayzin --sebuah perkampungan Arab-- sehingga membuatnya dengan mudah melihat dan mengontrol keseharian rakyatnya.[1]

Dibalik Jalan-jalan singkatnya di Istana Alhambra, Sultan Muhammad XII tidak pernah menyangka bahwa itulah “safari” terakhirnya di Istana Megah tersebut, satu-satunya benteng terakhir Umat Islam di semenanjung Andalusia. Ia menyesal, mengapa dalam hidupnya tidak membakar semangatnya untuk berjihad, ia menyesal karena dalam hidupnya hanya sibuk dengan intrik keluarganya, yang membuat ia lupa bahwa orang kafir sedang bersiap menghabisi umat muslim di balik benteng.

Diluar sana, Kerajaan Aragon yang dipimpin oleh Raja Ferdinand dan Kerajaan Castilla yang dipimpin oleh Ratu Isabella sedang melakukan penggabungan kedua kerajaan besar, Kaum muslimin sedang lemah karena masalah intrik didalam kerajaan. Maka lengkaplah sudah kehancuran benteng terakhir kaum Muslimin tersebut.
The Capitulation of Granada by F. Pradilla: Muhammad XII (Boabdil) surrenders to Ferdinand and Isabella.
Tepat pada tanggal 25 November 1491, Perjanjian Granada menandai penyerahan Kerajaan Granada kepada Kerajaan Kristen Spanyol. Satu dasawarsa kemudian, pemurtadan besar-besaran terbesar terjadi menyebabkan terusirnya kaum muslimin di tanah Andalusia. Secara umum, berakhirlah kependudukan Kaum Muslimin di Andalusia, setelah 7 Abad berkuasa.


Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.
(QS AL ISRA’ :16)

Markaz Dakwah Kota Malang
Malang, 10 Juli 2018