Jumat, 17 Mei 2019

Pasang Surut Peradaban (3)


Abad 15

Kekuasaan selalu dipergilirkan setiap masa nya, ada yang jatuh, ada juga yang bangun merangkak berkembang. Ibarat bunga yang layu, serbuknya kemudian terbang ke berbagai penjutu hingga akhirnya tumbuh menjadi kuncup yang baru.

Begitu pula dengan pasang surutnya peradaban. Dibalik tangis nya Sultan Muhammad XII disemenanjung Maroko atas runtuhnya singgasana Granada setelah bertahan selama 7 abad. Dibalik akhir dari sebuah peradaban di ujung barat eropa. Muncul sebuah peradaban dengan nilai nilai Islam, menggantikan Islam yang runtuh di semenanjung Andalusia, 12.368 Km jauhnya ada sebuah gugusan pulau yang sekarang kita kenal dengan semenanjung Nusantara.

Di latar waktu yang sama, bersamaan dengan berakhirnya kejayaan Andalusia, berdiri kokoh kerajaan baru di semenanjung Nusantara tersebut, namanya Aceh. Sebuah kesultanan penerus dari Kerajaan Islam pertama bernama Samudera Pasai yang berdiri 2 abad sebelumnya. Kerajaan tersebut mencapai kejayaannya dengan jaringan perdagangan internasionalnya. Disitulah Islam beralih dari semenanjung barat eropa ke semenanjung barat Nusantara.

Selain kemunculan Islam yang muncul dari barat Nusantara, Sebuah peradaban baru dengan corak Islam juga muncul di semenanjung timur Nusantara, Kerajaan tersebut bernama Maluku, diambil dari bahasa Arab yaitu Mulk atau Kerajaan. Semenanjung tersebut dilimpahkan kesuburan yang luar biasa yang diabad selanjutnya diperebutkan penjajah yang berusaha menjaring kekayaan tersebut.

Di abad yang sama pula, terjadi sengketa didalam kerajaan besar bernama Majapahit. Kerajaan Majapahit berada diantara Aceh dan juga Maluku yang merupakan salah satu gugusan pulau di Nusantara yang bernama Jawa. Kerajaan tersebut terlibat perang antara intrik kerajaan. Perpecahan tersebut kemudian memuncak ketika terjadi perang yang bernama Perang Paregreg, Perang tersebutlah yang menjadi sebab utama Kerajaan Majapahit mencapai keruntuhannya.

Ketika perang tersebut berakhir, banyak kerajaan kerajaan kecil yang sebelumnya tunduk pada Majapahit kemudian melepaskan diri dan menjadi bandar-bandar kecil. Karena instabilitas tersebut, beberapa kerajaan juga dicaplok kerajaan kerajaan besar lainnya, yang kemudian Majapahit mendekati kemundurannya secara bertahap.

Hingga di akhir hayatnya, Majapahit mengalami kemunduran setelah mayoritas rakyat jawa secara berangsur-angsung terislamisasi oleh akhlaq dari pedagang dari Timur Tengah. Selain itu upaya Islamisasi juga dilakukan oleh Da'i yang khusus di utus oleh kerajaan Islam dari timur tengah.

Para Da'i tersebut melakukan dakwahnya kepada masyarakat jawa dengan cara-cara yang elegan, contohnya dengan memberikan tempat belajar untuk masyarakat di tengah kecambuk perang yang kemudian kita kenal dengan pondok pesantren. Selain itu para da'i tersebut juga berdakwah dengan memasukkan nilai nilai Islam dalam hiburan-hiburan ditengah masyarakat, seperti festival bernama Sekaten (Syahadatayn) ataupun dalam sanggar pewayangan.


Dakwah dakwah sederhana tersebut kemudian masuk ke kalangan kerajaan, dan puncaknya dapat mengislamkan seorang bangsawan Majapahit yang dikenal Raden Patah. Imbasnya, beberapa dekade selanjutnya munculah sengketa internal Majapahit antara Raden Patah, dan Raja Brawijaya V, yang akhirnya dimenangkan oleh Raden Patah, sehingga secara resmi berakhirlah kerajaan besar Majapahit yang berkuasa kurang lebih tiga abad.

Itulah gambaran bagaimana Allah menggulirkan kekuasaannya dengan menggerus nilai lama yaitu Budha dan Hindu, menjadi sebuah peradaban yang bercorak Islam. Sebuah peradaban bercokol selama berabad-abad, berubah tanpa ada armada perang dari luar yang masuk ke Nusantara.

Nilai-nilai Islam pun kemudian berkembang dengan pesat, tanpa adanya perlawanan berarti dari masyarakat Jawa asli. Islam masuk ke masyarakat Jawa dalam semua lini kehidupannya menghapus nilai-nilai lama yang sebelumnya berkembang ditanah jawa.

Contohnya dalam pengaruh tata kota, di telinga kita tentu kita mengenal alun-alun, dalam alun alun sendiri pasti terdapat beberapa perangkat yang muncul disekitarnya. Selain alun alun yang berbentuk lapangan luas berbentuk segi empat, di setiap sisi selalu ada pusat ekonomi, yaitu pasar, disisi lainnya ada pusat peribadatan yang berupa masjid dan kemudian yang kemudian yang terakhir ada pusat kota itu sendiri, bisa berbentuk keraton ataupun balai kota.

Adapun nilai-nilai Islam juga memberi pengaruh bahasa. Beberapa istilah yang kental dengan islam muncul seperti contohnya kosakata "Adil", "Adab", "Rakyat", "Musyawarah", bahkan kata "Selamat" dapat dikenal sampai sekarang. Kata kata yang sarat dengan nilai dan peradaban muncul mewarnai serapan-serapan dalam Bahasa Indonesia yang saat ini menjadi bahasa sehari-hari kita.

Selain kedua sektor tersebut, masih banyak lagi nilai nilai islam yang kemudian memberikan pengaruh besarnya. Seperti contohnya artektur yang sampai sekarang mewarnai gaya pemukiman di Indonesia, ada lagi dalam aspek pendidikan dengan adanya pondok pesantren dan kuttab-kuttab yang masih ada sampai Indonesia merdeka, ada pula poin perundang-undangan bahkan dasar Negara Indonesia yang kemudian menentang sekulerisme dan anti keagamaan.

Tidak bisa dipungkiri bagaimana Islam sangat mempengaruhi nilai-nilai yang berlaku di Masyarakat bahkan dapat dirasakan sampai sekarang. 

Kemudian di beberapa dekade ini ada beberapa pihak yang tidak senang dengan agama ini kemudian memberikan serangan-serangan pemikiran yang berusaha memusnahkan Islam dari bumi Bumi Nusantara. Dengan munculnya paham seperti nativisasi, liberalisasi ataupun sekulerisasi.
Kita sebagai bangsa Indonesia, tentu tidak mau nilai-nilai yang agung ini hilang, dan menjadi sekedar sejarah kelam layaknya yang terjadi di Andalusia. Mari kita jaga negeri ini, pewaris kejayaan Andalusia, hingga kemudian anak cucu kita bisa merasakan Islam kembali berjaya seperti di masa lalu, atau bahkan bisa menjadi pioner kebaikan bagi bangsa dunia di masa depan.

“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang Mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Maaidah: 54)

Kota Malang, 16 Mei 2019
11:57

Tidak ada komentar:

Posting Komentar